Baca-baca
list trit di kaskus, eh nemu sebuah artikel yang menarik mata untuk
membacanya. Wow, Facebook (dan teman2nya, kya twitter, mig32, dll
sebenarnya sdh diramalkan oleh Qur'an). Penasaran? Silahkan baca artikel
di bawah gan.. Ane cuma mau menyebarkan pengetahuan aja biar manfaat
dan moga2 bisa menambah keimanan kita pada agama Islam yang qta cintai
ini :D
Jakarta,
Topsevennews:-Suatu ketika selepas Ashar di Masjid Al Hikam. Di salah
satu pojok masjid tersebut terdapat Ranid dengan dua orang temannya
yakni Ahmad dan Ilmi yang terlihat sedang mendiskusikan sesuatu. Kali
ini tema yang diangkat seputar masalah I’jazul Quran (Mukjizat Al
Quran). Diskusi yang berjalan cukup santai namun sarat akan ilmu.
Ahmad
adalah seorang mahasiswa salah satu PTS di Jakarta dengan program studi
Matematika. Seorang calon pengabdi masyarakat dengan ilmunya. Ahmad
selalu berupaya mengaitkan Al-Qur’an dengan bidang studinya matematika.
Ahmad sering berkutat dengan angka-angka dalam Al-Qur’an.
Ahmad
pun memulai diskusi. “Subhanallah alquran itu bener-bener mukjizat. Ana
pernah baca di Internet bahwa ternyata kata Yaum (hari) di dalam
alquran sebanyak 365 kata sama seperti jumlah hari dalam satu tahun,
kata syahr (bulan) disebutin 12 kali sama kayak jumlah bulan dalam satu
tahun, sab’u (minggu) disebutin 7 kali sama dengan jumlah hari per
minggu. Belum lagi kata-kata yang berlawan kata. Misalnya ad dunya 115
kali, al akhiroh juga 115 kali. Malaikat 88 kali sedangkan asy syayathin
88 kali juga. Al hayat 145 kali begitupun dengan Al Maut yang juga 145
kali. Belum lagi angka 19 yang disebutin dalam alquran surat Al Mudatsir
ayat 30. Sebetulnya masih banyak tapi mending antum liat di internet
aja nafsi-nafsi, tinggal tanya mbah google ketik key word nya keajaiban
angka dalam alquran,” Celoteh Ahmad sekaligus mengakhiri presentasinya.
Tiba giliran Ranid memaparkan pengetahuannya seputar masalah mukjizat Quran. Ranid memang sangat menyenangi diskusi-diskusi tentang kajian Islam berhubung program studi Ranid adalah bahasa Arab yang ia geluti di salah satu Ma’had Lughoh di Jakarta. Maka ia akan memaparkan sepengetahuannya tentang I’jazul Quran dari sudut pandang bahasa.
Setelah
mengucapkan basmalah seraya memuji Allah dengan hamdalah, serta
sholawat kepada Nabi SAW. Ranid pun mulai berkata “Mumtaz! ustadz Ahmad
mantep dah penjelasannya, giliran ana ya? Gini jadi mukjizat kalo diliat
dari segi bahasa maka secara sederhana dapat diartikan sebagai
‘senjata’ untuk melemahkan terhadap tantangan dakwah yang ada. Contoh di
zaman nabi Musa AS berhubung waktu itu sihir sedang
ngetrend-ngetrendnya maka Allah kasih mukjizat nabi Musa AS ‘menyerupai’
sihir, tapi bukan sihir, dengan tongkatnya yang terkenal. Bisa berubah
jadi ular, ngebelah lautan, dsb. Trus di zaman nabi Isa AS berhubung
waktu itu ilmu kedokteran lagi maju-majunya maka Allah kasih kepada nabi
Isa AS mukjizat yang berhubungan dengan dunia pengobatan. Nah, di zaman
Rasul SAW pada masa itu kaum jahiliyyah terkenal akan syairnya yang
luar biasa Indahnya. Maka Allah pun memberikan kepada Nabi SAW berupa
alquran sebuah mukjizat yang begitu sangat tinggi dan sarat akan nilai
sastranya.”
Ranid
masih melanjutkan pemaparannya “bahkan Allah nantangin mereka kaum
kafir untuk buat satu surat saja yang semisal dengan alquran. Coba antum
buka Al-Baqoroh ayat 23 ‘dan jika kamu meragukan Al-Quran yang Kami
turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) maka buatlah satu surat semisalnya
dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang yang
benar,’ dan dilanjutan ayatnya, bahwa Allah sudah kasih garansi, mereka
pasti gak akan mampu ngebuatnya. Pernah ada kisah tentang Musailamah
Al-Kadzdzab yang coba-coba buat alquran tandingan. Salah satu suratnya
niru-niru al-fiil. Dan surat gadungan itu ditertawakan banyak orang
karena diliat dari sisi bahasa dan maknanya betul-betul jelek. Dan satu
hal lagi cuma alquran kitab suci yang bisa dihafal oleh jutaan manusia
walaupun manusianya itu sendiri pun tidak mengetahui arti alquran.
Bahkan uniknya juga, hafalannya tersebut lengkap sampai titik dan
komanya. Subhanallah maha benar Allah dalam firmanNya ‘dan sungguh Kami
mudahkan Al-Quran untuk peringatan’ Al-Qomar ayat 17,” Ranid pun
mengakhiri makalah yang dibawakannya.
Selanjutnya
giliran Ilmi yang mendapat giliran menjelaskan mukjizat quran
berdasarkan studi yang ia geluti. Ilmi adalah seorang mahasiswa IT di
salah satu PTS di Jakarta. Berbeda dengan kedua orang sahabatnya tadi,
Ikhwan lajang ini tengah mengerjakan tugas akhir dalam perkuliahannya.
Hal ini dikarenakan Ilmi terlebih dahulu kuliah selepas SMA daripada
Ahmad dan Ranid yang sempat menunda jenjang akademisnya.
Lengkap
dengan stelan kacamata khas para hacker di film Hollywood, Ilmi pun
memulai pembicaraannya. “sebenernya ana belum mau mengatakan ini
mukjizat atau gak? terus terang ana gak berani. Tapi salah satu point
yang pernah ana dengar dalam seminar Qur’an bahwa kenapa Qur’an disebut
mukjizat tak lain dan tak bukan adalah karena kebenarannya dalam
‘meramal’ masa depan. Betul gak Ran?” Ilmi bertanya pada Ranid. Ranid
pun mengiyakan pernyataan Ilmi dengan mengaggukan kepala, seolah tak mau
kehilangan pemaparan dari Ilmi sahabatnya.
Ilmi
melanjutkan “surat al-lahab contohnya, di situ Allah memastikan bahwa
Abu Lahab bakalan tetep kafir dan masuk neraka. Dan ketika surat itu
turun di Mekkah, Abu Lahab ternyata masih hidup. Sekarang coba antum
bayangin kalo seandainya Abu Lahab itu tergerak hatinya untuk masuk
Islam atau pun pura-pura masuk Islam maka Al-Quran akan dipertanyakan
kebenarannya dari dulu sampai sekarang. Ataupun di surat Ar-Rum di situ
dijelaskan bahwa Romawi bakalan menang melawan Persia. Dan itu
subhanallah terjadi beberpa tahun kemudian. Setelah pada peperangan yang
sebelumnya Romawi kalah maka pada peperangan selanjutnya Romawi menang
telak.
Dan
satu lagi peristiwa fathul Mekkah di surat Al-Fath. Allah memastikan
kaum Muslimin akan memasuki Mekkah setelah sekian lama hijrah ke
Madinah. Dan subhanallah hal itu terbukti.”
“Ah
itu mah ana dari aspek sejarah Mi, coba dari aspek IT sesuai sama studi
antum?” Tanya Ranid seolah menantang Ilmi. “Weitss, tenang-tenang ana
kan belum selesai jelasinnya, ana lanjut ya!” Jawab Ilmi. “Nah berhubung
tadi ana bilang ana gak berani nyebut ini mukjizat atau nggak, maka ana
akan bilang ini kehebatan Quran.” Ilmi masih melanjutkan, sementara
kedua rekannya Ahmad dan Ranid masih terus diam dan menyimak kata per
kata yang akan terlontar dari mulut Ilmi. “Antum tau gak, bahwa sejak
1400 tahun yang lalu alquran sudah menyinggung tentang Facebook dan
kawan-kawannya?!” Ahmad sang Cagur (Calon Guru) tertegun diiringi dengan
tertawa kecil seolah tak percaya statmen Ilmi. Lain lagi dengan Ranid
yang masih berpikir dan mencari-cari bahwa apakah benar kata Facebook
ada di dalam alquran. Dengan mencoba mentashrif pola-pola fi’il.
Ilmi
meneruskan kembali pemaparannya “Ahmad, coba antum buka surat
Al-Ma’arij ayat 19-21 ‘Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka
mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan apabila
mendapat kebaikan dia jadi kikir.’ Ayat ini menjelaskan fenomena jama’ah
Al-Fisbukiyyah secara umum. Coba antum liat wirid-wirid mereka.
Kebanyakan isinya keluh kesah. Temanya udah mirip sinetron mendayu-dayu
sampai bikin air mata keluar. Sakit dari mulai bisul, cantengan,
jerawat, sampai ayan di update di status. Cuaca juga gak ketinggalan.
Dikasih hujan, ngeluh gak bisa kemana-mana. Dikasih panas ngeluh
kepanasan. Segala maksiat juga disebarin di muka umum. Masalah duit
abis, rezeki seret terus dan terus di suguhkan. Ibadah juga ada beberapa
yang dipublikasikan puasa, sedekah, tapi alhamdulillah ana belum
menemukan ada orang yang lagi sholat update status ‘lagi roka’at dua
nih’ naudzubillah kalo sampai ada!” canda Ilmi. Ahmad dan Ranid pun
tertawa dan mengaminkan ucapan Ilmi. “Terus di ayat setelahnya dikatakan
‘apabila dapat kebaikan maka ia kikir.’ Ana rasa betul ayat tersebut.
Coba antum hitung ada beberapa orang yang update status semisal
alhamdulillah dapet rezeki, buat yang mau ditraktir harap tunggu di
depan masjid. Kira-kira ada gak status kayak gitu. Giliran dapat rezeki
yang melimpah pada pelit gak mau orang lain pada tau, tapi giliran
ditimpa musibah di share kemana-mana.”
“Ah,
antum iri aja kali jangan sok jaim deh?!” Kali ini Ahmad yang bertanya
kepada Ilmi. Ilmi pun menjawab “ana rasa jaim itu perlu, dalam konteks
JAIM, Jaga-Iman berkaitan dengan hal malu, ana tidak mengharamkan update
status, akan tetapi alangkah baiknya update-nya itu yang baik-baik
pokoknya temanya mengajak kebaikan dari quran, hadits, sahabat, ataupun
salafush sholih. Inget akh dalam hadits riwayat Bukhori dikatakan Jika
kamu tidak malu, maka berbuatlah sesukamu. Ulama bilang bahwa jika kita
udah gak malu sama Allah dan tidak merasa diawasinya maka tunaikan saja
hawa nafsumu dan lakukan apa yang kau inginkan.” Jawab Ilmi.
Ranid
tak menyangka sahabatnya Ilmi dapat menarik dan mengaitkan surat
Al-Ma’arij ayat 20-22 dengan fenomena Facebookers yang bergentayangan di
dunia maya. Alhamdulillah bertambah satu lagi pengetahuan Ranid pada
hari itu. Sungguh Ranid sejatinya sudah sering membaca atau bahkan
menghafalkan surat ini. Namun dikarenakan kurang men-tadabbur-i ayat ini
maka alangkah kagetnya ia mendengarkan penjelasan yang dipaparkan oleh
sahabatnya Ilmi.
Diskusi kali ini pun berkahir seiring dikumandangkannya adzan maghrib sebagai pertanda masuknya waktu sholat maghrib..